Total Tayangan Halaman

Rabu, 12 September 2012

Filsafat Sejarah

Filsafat secara harfiah berasal kata Philo berarti cinta, Sophos berarti ilmu atau hikmah, jadi filsafat secara istilah berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Pengertian dari teori lain menyatakan kata Arab falsafah dari bahasa Yunani, philosophia: philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau hikmah (wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran. Pelaku filsafat berarti filosof, berarti: a lover of wisdom. Orang berfilsafat dapat dikatakan sebagai pelaku aktifitas yang menempatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Ariestoteles (filosof Yunani kuno) mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, kadang-kadang disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi). Adapun pengertian filsafat mengalami perkembangan sesuai era yang berkembang pula. Pada abad modern (Herbert) filsafat berarti suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran. Terbagi atas 3 bagian: logika, metafisika dan estetika (termasuk di dalamnya etika).

Filsafat menempatkan pengetahuan sebagai sasaran, maka dengan demikian pengetahuan tidak terlepas dari pendidikan. Jadi, filsafat sangat berpengaruh dalam aktifitas pendidikan seperti manajemen pendidikan, perencanaan pendidikan, evaluasi pendidikan, dan lain-lain. Karena ada pengaruh tersebut, maka dalam makalah ini mencoba untuk membahas tentang keterkaitan paradigma aliran-aliran filsafat tersebut dengan kajian pendidikan khususnya manajemen pendidikan.
KORELASI TEORI FILSAFAT DENGAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
(Positivisme, Interpretivisme, Teori Kritis, Postmodernisme dan Prophetivisme)

Aliran Positivisme dan Sejarahnya
Aguste Comte dilahirkan pada tahun 1798 di kota Monpellir Perancis Selatan, ayah dan ibunya menjadi pegawai kerajaan dan merupakan penganut Agama Katolik yang cukup tekun. Ia menikah dengan seorang pelacur bernama Caroline Massin yang kemudian dia menyesali perkawinan itu. Dia pernah mengatakan bahwa perkawinan itu adalah satu-satunya kesalahan terbesar dalam hidupnya. Dari kecil pemikiran-pemikiran Comte sudah mulai kelihatan, kemudian setelah ia menyelesaikan sekolahnya jurusan politeknik di Paris 1814-1816, dia diangkat menjadi sekretaris oleh Saint Simon yaitu seorang pemikir yang dalam merespon dampak negatif reinaisance menolak untuk kembali pada abad pertengahan akan tetapi harus direspon dengan menggunakan basis intelektual baru, yaitu dengan brfikir empirik dalam mengkaji persoalan-persoalan realitas sosial.

Dalam membangun teori sosiologi Comte lebih memilih unit analisa makro (obyektif) dan bukan individu, dalam hal ini entits yang lebih besar seperti keluarga, struktur sosial dan perubahan sosial. Ia menganjurkan untuk keluar dari pemikiran abstrak dan melakukan riset dengan melakukan eksperimentasi dan analisis perbandingan sejarah. Comte pada intinya berargumentasi bahwa gagasan terdahulu yang mendasari pengembangan struktur masyarakat maupun negara, atas dasar pemikiran spekulatif, sudah tidak releven dengan adanya teori positivistik. Dalam logika Comte sejarah manusia adalah perkembangan bertahap dari cara berfikir manusia itu sendiri. Dengan berargumen bahwa dengan pemikiran empirik rasional dan positiv maka manusia akan mampu menelaskan realitas kehidupan tidak secara spekulatif melainkan secara konkrit, pasti bahkan mutlak kebenaranya.
INTERPRETIVISME
Paradigma Interpretivisme diturunkan dari Germanic Philosophical Interests yang menekankan pada peranan bahasa, interpretasi, dan pemahaman. Paradigma ini menggunakan cara pandang para nominalis dari paham nominalism yang melihat teori dan praktik akuntansi sebagai sesuatu yang tidak lain adalah label, nama, atau konsep yang digunakan untuk membangun realitas.
Pokok pikiran filsafat beraliran interpretivisme diantaranya adalah sebagai berikut:
• Tidak ada tindakan irasional, semua rasional bagi pelaku.
• Orang bertindak tidak lepas dari makna yang mereka miliki .
• Pemaknaan/penilaian setiap orang berbeda karena memiliki dunia makna yang berbeda.
• Dunia makna setiap orang ditentukan oleh pengalaman.
• Sesuatu yang terjadi adalah prosuk pengalaman.
• Satu-satunya makhluk yang bebas menciptakan adalah manusia.
• Manusia selalu dalam proses menjadi “sesuatu”.
TEORI KRITIS
Teori kritis adalah anak cabang pemikiran marxis dan sekaligus cabang marxisme yang paling jauh meninggalkan Karl Marx (Frankfurter Schule). Cara dan ciri pemikiran aliran Frankfurt disebut ciri teori kritik masyarakat “eine Kritische Theorie der Gesselschaft”. Teori ini mau mencoba memperbaharui dan merekonstruksi teori yang membebaskan manusia dari manipulasi teknokrasi modern. Ciri khas dari teori kritik masyarakat adalah bahwa teori tersebut bertitik tolak dari inspirasi pemikiran sosial Karl Marx, tapi juga sekaligus melampaui bangunan ideologis marxisme bahkan meninggalkan beberapa tema pokok Marx dan menghadapi masalah masyarakat industri maju secara baru dan kreatif.

Teori Kritis menjadi disputasi publik di kalangan filsafat sosial dan sosiologi pada tahun 1961. Konfrontasi intelektual yang cukup terkenal adalah perdebatan epistemologi sosial antara Adorno (kubu Sekolah Frankfurt - paradigma kritis) dengan Karl Popper (kubu Sekolah Wina - paradigma neo positivisme/neo kantian). Konfrontasi berlanjut antara Hans Albert (kubu Popper) dengan Jürgen Habermas (kubu Adorno). Pembebasan manusia dari segala belenggu penghisapan dan penindasan berangkat dari konsep kritik. Konsep kritik sendiri yang diambil oleh Teori Kritis berangkat dari 4 (empat sumber) kritik yang dikonseptualisasikan oleh Immanuel Kant, Hegel, Karl Marx dan Sigmund Freud. Kritik dalam pengertian pemikiran Kantian adalah kritik sebagai kegiatan menguji kesahihan klaim pengetahuan tanpa prasangka. Kritik dalam pengertian Hegel didefinisikan sebagai refleksi diri atas tekanan dan kontradiksi yang menghambat proses pembentukan diri-rasio dalam sejarah manusia. Kritik dalam pengertian Marxian berarti usaha untuk mengemansipasi diri dari alienasi atau keterasingan yang dihasilkan oeh hubungan kekuasaan dalam masyarakat. Kritik dalam pengertian Freudian adalah refleksi atas konflik psikis yang menghasilkan represi dan memanipulasi kesadaran. Adopsi Teori Kritis atas pemikiran Freudian yang sangat psikologistik dianggap sebagai pengkhianatan terhadap ortodoksi marxisme klasik.

Berbeda dengan pendahulunya, Habermas optimis bahwa usaha manusia untuk menjadi rasional akan membuahkan hasil yang positif. Baginya manusia dapat melakukan emansipasi dan lepas dari irasionalitas. Ia membuat terobosan bagi kemacetan Teori Kritis dengan menunjukkan jalan yang tak terlihat oleh para pendahulunya.

POSTMODERNISME
Awal abad 20. Merupakan suatu aliran alternatif yang menawarkan style karya dan pemaknaan yang keluar dari pakem konservatif dan sebagai bentuk pemikiran yang kontradiktif terhadap peradapan hasil bentukan zaman pencerahan. Postmodernisme ini menekankan untuk kembali pada nilai- nilai lama.
Gagasan Utama:
• Skeptisisme terhadap gagasan yang di bawa oleh peradaban modern;
• Keyakinan bahwa segala bentuk komunikasi adalah hasil bentukan dari bias-bias cultural;
• Pemaknaan dan pengalaman diciptakan oleh individu;
• Dominasi media massa;
• Globalisasi sebagai bentuk masyarakat yang memiliki pluralitas budaya dan nilai yang saling terhubung.
Tokoh-tokohnya:
• Michel Foucault berangkat dari strukturalisme namun pada saat yang sama dia juga menolak (melawan) strukturalisme, dan menyadari bahwa sebuah pengetahuan didefenisikan dan dirubah oleh operasionalisasi sebuah kekuasaan (power) ;
• Jean-François Lyotard menekankan pada peran dari naratif dalam kebudayaan manusia, yang dapat membuat suatu perubahan saat memasuki situasi posmodern, dan dia meyakini bahwa suatu kebenaran merupakan hasil kesepakatan, sehingga tidak ada hal yang benar-benar mendasari suatu kebenaran (anti-foundationalist) dan terkenal dengan language games-nya.
• Jacques Derrida (1930) terkenal dengan dekonstruksinya. Pada awalnya adalah penemu dan penganut awal dekonstruksi. Dekonstruksi merupakan analisis tekstual yang dapat diterapkan dalam berbagai tulisan, dimana dia menganggap filosofi tidak lebih dari sebuah literatur yang kreatif. Menurutnya filosofi adalah bagian yang paling penting dari sebuah tulisan, tergantung pada sebuah operasionalisasi ekspresi imajinatif
PROPHETIVISME
Paradigma prophetivisme adalah aliran filsafat baru, namun terimplementasikan pada kehidupan masyarakat sudah lebih ratusan tahun, hanya saja mendapatkan tempat sebagai sebuah aliran filsafat pada masa kini. Prophet artinya utusan/nabi/rasul, pada umumnya dikenal dengan filsafat kenabian. Sebagai landasan dalam berparadigma prophetivisme ini adalah wahyu yang dibawa Nabi atau prophet, dalam Islam secara otomatis berlandaskan al-Qur’an dan tujuannya adalah pencapaian kesempurnaan dengan tuntunan Allah SWT melalui nabi/prophet. Dengan pema’naan demikian, dapat difahami bahwa segenap perilaku kehidupan manusia berlandaskan aturan-aturan yang ada dalam al-Qur’an.

Dalam aliran ini, Allah SWT sumber kebenaran dan kebenaran yang ada pada manusia adalah bersifat relative sebagaimana pemaknaan kata AKU (Allah) kebenaran yang sempurna dan aku (Manusia) kebenaran yang relative.
Filsafat Sejarah Hegel
FILSAFAT SEJARAH HEGEL
Sebelum masuk dalam pembahasan mengenai pandangan atau filsafat sejarah Hegel, kiranya penting juga untuk mengerti atau memahami konteks filsafatnya. Konteks filsafat Hegel adalah menanggapi enlightment (pencerahan). Ada apa dengan pencerahan? Pada zaman pencerahan, Kristianitas dikritik habis-habisan oleh karena (dianggap) irasionalitasnya. Nah, filsafat Hegel tampil untuk menanggapi kritikan itu. Dengan perkataan lain, Hegel tampil untuk membela Kristianitas. Menurutnya, Kristianitas itu tidak bertentangan dengan pencerahan. Dengan itu, Hegel ingin mengatakan bahwa Kristianitas itu reasonable, masuk akal, dapat dipertanggungjawabkan. Inilah konteks filsafat Hegel. Namun, penting juga untuk mengetahui bahwa pemikiran Hegel juga dipengaruhi oleh pemikir-pemikir lain. Sebut saja, Spinoza dan Kant. Keduanya turut mempengaruhi pemikiran Hegel. Secara khusus pemikiran yang mempengaruhi Hegel adalah bahwa reason itu tidak statis tapi dinamis. Ia terus berkembang dan berevolusi. Implikasinya adalah bahwa Allah juga berevolusi dalam dunia, Ia tidak statis tapi dinamis.
Apa sebenarnya gagasan-gagasan pokok atau inti pandangan Hegel? Sebelum mengulas pertanyaan ini lebih jauh, adalah baik untuk mengetahui bahwa filsafat Hegel termasuk dalam aliran (filsafat) idealisme (idealisme Jerman). Nah, idealisme berpandangan bahwa yang nyata adalah idea bukan materi. Hegel sendiri mengatakan bahwa apa yang real adalah idea atau idea adalah yang real. Lalu, bagaimana Hegel memandang realitas dunia ini? Di balik realitas dunia ini, ada yang namanya Rasio, Mind, Spirit (Roh). Roh mengobjektivasi dirinya dalam realitas yaitu sejarah. Roh itu dengan demikian juga mengobjektivasi dirinya melalui manusia. Dengan perkataan lain, roh mewujudkan dirinya dalam realitas atau kenyataan sejarah. Roh memanifestasikan dirinya dalam kenyataan sejarah yang objektif.
Bagi Hegel, semua realitas pada dasarnya adalah idea. Bahwa seluruh sejarah adalah perkembangan manifestasi dari roh. Perkembangan itu semakin bersifat rohaniah, abstrak sampai kepada pengetahuan yang mutlak. Semakin abstrak semakin mewujudkan roh. Itulah kenapa dikatakan oleh Hegel bahwa roh itu tidak statis melainkan dinamis, berkembang. Intinya menurut pandangan Hegel adalah, perkembangan sejarah atau pengobjektivasian diri dari roh itu berjalan menurut dialektika. Maksudnya adalah, setiap kali roh mengobjektivasikan dirinya, terciptalah suatu realita yang lain dari diri. Itulah yang dinamakan sebagai alienasi diri. Dialektika Hegel ini memiliki struktur. Struktur dialektika Hegel adalah tesis, antitesis, sintesis. Dalam prosesnya, dialektika itu akhirnya sampai pada sesuatu yang lebih tinggi dan mutlak. Prosesnya adalah demikian, tahap pertama adalah sebuah tesis yang lalu memunculkan tahap kedua yang disebut antitesis. Akhirnya, keduanya diperdamaikan dalam sebuah sintesis. Dalam sintesis tidak hanya terjadi peniadaan, pembatalan dari kedua oposisi karena munculnya sintesis membuat keduanya tidak berlaku, melainkan juga kedua aspek yang beroposisi disimpan dan diangkat ke taraf yang lebih tinggi, sebab kebenaran keduanya masih dipertahankan dalam sintesis itu. Demikian seterusnya sintesis itu menjadi tesis baru yang lalu memunculkan antitesis baru juga dan kemudian diperdamaikan dalam sintesis hingga sampai pada yang mutlak.
Bagaimana akhir dari sejarah (the end of history) menurut Hegel? Bagi Hegel, akhir dari sejarah adalah tercapainya tujuan (telos) yaitu kebebasan (freedom). Bahwa the end of history itu terjadi ketika perjalanan Roh itu terealisasi dalam (idea) kebebasan. Dengan kata lain, roh itu mengobjektivasi dirinya dalam kebebasan. Jadi, kebebasan adalah (dilihat sebagai) akhir dari sejarah. Dengan perkataan lain, tercapainya suatu kebebasan yang tentunya dirindukan oleh semua orang dilihat sebagai akhir dari sejarah itu. Adakah kritikan untuk Hegel? Filsafat Hegel tidak tanpa kritikan. Kritikan itu secara khusus datang dari Kierkegard (salah satunya). Apa yang dikritik oleh Kierkegard adalah prisnsip universalitas yang ditekankan oleh Hegel. Hegel menurutnya mengabaikan individualitas. Ada pun tanggapan kritis lain yang pantas untuk diajukan kepada Hegel adalah soal pandangannya mengenai Allah yang dinamis. Bagaimana ia menjelaskan maksudnya ini sehingga tidak menimbulkan anggapan bahwa filsafatnya adalah panteistik a la Spinoza.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar